Kemasan Makanan
Tradisional
MENGANGKAT DERAJAT MAKANAN TRADISIONAL
DENGAN KEMASAN MAKANAN YANG MENARIK
Bandung,
sebagai Ibu Kota propinsi Jawa Barat terkenal dengan wisata
kulinernya. Aneka ragam makanan mulai dari makanan ringan hingga
makana berat, makanan basah hingga makanan kering, banyak terdapat
di Bandung. Di Bandung banyak terdapat makanan yang berasal dari
daerah yang ada di Jawa Barat, terutama makanan tradisional
setempat. Jika ingin mencari makanan khas daerah Jawa barat
datanglah ke Bandung. Misalnya dari Garut terkenal dengan dodol
Garut, dari Cirebon terkenal dengan kerupuk udangnya, dari Cianjur
ada tauco Cianjur, Purwakarta terkenal dengan simping, Sumedang
terkenal dengan tahu Sumedang, Cililin dengan wajitnya, oncom
terdapat di Pasireungit, Majalaya terkenal dengan borondong, dan
banyak lagi daerah-daerah yang memiliki makanan khasnya. Tetapi kita
tidak perlu susah-sudah datang ke tempat asalnya, semua itu bisa
dengan mudah didapatkan di kota Bandung. Sayangnya, makanan tersebut
masih ada yang disajikan alakadarnya sehingga tidak menggugah selera
untuk membelinya. Kecenderungan untuk menampilkan makanan
tradisional dengan kemasan yang lebih menarik masih kurang
diperhatikan. Saat ini masih banyak kemasan makanan tradisional yang
belum memenuhi syarat kemasan yang baik. Misalnya wajit Cililin
hanya dikemas dengan plastik dan diberi label yang tidak jelas, pada
kemasannya tidak terdapat unsur bahan yang terkandung di dalamnya,
dan masa kadaluarsa.
Makanan yang
dikemas lebih baik akan membuat makanan tersebut tahan lama, dengan
demikian masa kadaluarnya akan lebih panjang. Selain itu, makanan
yang dikemas lebih baik akan lebih menarik konsumen untuk
membelinya, dan mempermudah bagi konsumen untuk membawa dan
menyimpannya.
Beberapa alternatif
desain kemasan makanan tradisional, seperti salai (sale) pisang dari
Buahdua, dan wajit dari Cililin telah dicoba dibuat oleh Ence Memed
seorang mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas
Pendidikan Indonesia. Semua desain kemasan makanan tradisional
tersebut tidak meninggalkan ciri khas dan unsur-unsur yang ada pada
makanan tersebut, agar konsumen merasa tetap dekat dengan bentuk
aslinya. Misalnya wajit Cililin dengan desain yang masih dominan
menampilkan kemasan wajit yang terbuat dari daun jagung, bahan baku
wajit yang terbuat dari beras ketan, warna kemasan mencerminkan rasa
wajit yang manis, yaitu dengan ditampilkannya warna kecoklatan
seperti warna gula merah. Warna ungu sebagai warna ketan hitam juga
dimunculkan untuk menarik minat konsumen kalau wajit tersebut
terbuat dari ketan hitam. Agar lebih menarik, kemasan dibubuhi
ilustrasi, seperti wajit yang masih dibungkus dengan daun jagung,
wajit yang terbuka, kulit padi, bahan wajit seperti kelapa dan gula
merah.
Kemasan wajit “Wacil” dalam
bentuk tiga dimensi.
Karya: Ence Memed. Dokumentasi:
Ence Memed
Kemasan wajit “Wacil” dalam
bentuk dua dimensi.
Karya: Ence Memed. Dokumentasi:
Ence Memed
|
Bentuk kemasan berusaha
menampilkan bentuk-bentuk yang manarik, misalnya bentuk kotak
yang memiliki pegangan atau jinjingan yang dapat dikunci
sehingga bentuknya menyerupai tas. Ada juga bentuk balok
dengan tutup yang diberi lubang agar isi wajit kelihatan dari
luar. Variasi lain yaitu bentuk dasar kemasan persegi empat
dan di bagian atas setengah prisma segi enam dengan lubang
sebagai tempat untuk memperlihatkan isinya. Ukuran kemasan
disesuaikan dengan kapasitas yang dapat menampung jumlah
wajit, misalnya isi 9, 12, dan 15, serta cara penyimpanannya,
posisi ditumpuk, ditumpuk dengan menggunakan sekat, atau
dijejerkan. |
Agar lebih menarik, kemasan
diberi judul dan keterangan judul dengan isinya, misalnya “Wacil”
dengan keterangan Wajit Cililin Spesial, “Kameumeut” dengan
keterangan Wajit Cililin, Wajit Spesial Nikmat dan Lezat. “Legit”
keterangannya Wajit Cililin.
Kemasan wajit “Kameumeut” dalam
bentuk tiga dimensi.
Karya: Ence Memed. Dokumentasi:
Ence Memed
Kemasan wajit “Legit” dalam
bentuk tiga dimensi.
Karya: Ence Memed. Dokumentasi:
Ence Memed
|
Kemasan wajit “Kameumeut” dalam
bentuk dua dimensi.
Karya: Ence Memed. Dokumentasi:
Ence Memed
Kemasan wajit “Legit” dalam
bentuk dua dimensi.
Karya: Ence Memed. Dokumentasi:
Ence Memed
|
Selain wajit
Cililin, Ence Memed membuat desain kemasan makanan tradisional salai
(sele) pisang dari Buahdua. Misalnya kemasan selai pisang yang
diberi judul “Salpis” dengan keterangan judul Salai Pisang Buahdua.
Kemasan ini memiliki bentuk dasar persegi empat, bentuk kemasan
seperti ini akan mempermudah dalam penyimpanannya.
Kemasan salai pisang “Salpis”
dalam bentuk tiga dimensi.
Karya: Ence Memed. Dokumentasi:
Ence Memed
|
Kemasan salai pisang “Salpis”
dalam bentuk dua dimensi.
Karya: Ence Memed. Dokumentasi:
Ence Memed |
Ukuran
disesuaikan dengan panjang dan lebar salai pisang, sehingga bentuk
ini mampu menampung salai sebanyak 20 buah dalam posisi berjejer.
Bagian luar kemasan dibubuhi ilustrasi yang sesuai dengan isinya
yaitu salai pisang dalam bentuk dekoratif. Warna disesuaikan dengan
bentuk asli dan rasa salai yang manis, sehingga penampilan warna
dengan gradasi coklat ke putih mewakili rasa dari salai pisang
tersebut dan dapat mengundang selera.
Kemasan salai pisang “Sari Alam”
dalam bentuk tiga dimensi.
Karya: Ence Memed. Dokumentasi:
Ence Memed
|
Kemasan salai pisang “Sari Alam”
dalam bentuk dua dimensi.
Karya: Ence Memed. Dokumentasi:
Ence Memed
|
Semua usaha yang dilakukakan Ence Memed ini semoga
dapat mengangkat derajat makanan tradisional kita menjadi makanan
yang lebih menarik bagi konsumen, tahan lama, praktis, dan estetis.
Penulis:
|
Dra. Tity Soegiarty, M.Pd
Dosen Jurusan Pendidikan Seni Rupa, FPBS, Universitas
Pendidikan Indonesia
e-mail: ty_sg@plasa.com
|